close
Siaran

Mengenal Pepongoten, Tradisi Tutur Suku Gayo yang Menjadi Seni Pertunjukan

    Langgam.co | Banda Aceh – Pepongoten, sebuah tradisi lisan khas Suku Gayo yang masih terawat sampai sekarang ini. Kata pepongoten berasal dari kata “Pongot”, yang berarti tangisan atau ratapan seseorang.

    Pada Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8 yang dilaksanakan selama sembilan hari, mulai dari tanggal 4 sampai dengan 12 November 2023, Pepongoten dapat disaksikan di Anjungan Kabupaten Gayo Lues, Taman Sulthanah Safiatuddin, Banda Aceh.

    Di Gayo Lues, tradisi pepongoten telah diwariskan secara turun-temurun dari leluhur mereka. Tradisi ini awalnya hanya dilaksanakan ketika ada pihak keluarga yang mengalami meninggal dunia.

    Datangnya Islam ke Aceh, memberikan warna baru dałam tradisi Pepongoten. Jika awalnya, budaya ini diperuntukan dalam ritual kematian, kini seiring berjalannya waktu, pepongoten diadakan pada acara-acara khusus seperti pernikahan, pertujukan kesenian daerah dan pekan kebudayaan saja

    Iqbal, seorang petugas anjungan Gayo Lues menjelaskan, jika pada konteks pernikahan, pepongoten merupakan interaksi antara orang tua dengan calon pengantin. Di sini orang tua akan memberikan nasihat-nasihat dengan gaya tutur sembari menangisi dan berdendang.

    Dalam pepongoten, orang tua akan mengungkapkan nasihat serta cerita-cerita sepanjang perjalanan hidup anak mereka, mulai dari masa kecil hingga saat akan dinikahkan.

    Masih kata Iqbal, pepongoten sering kali memunculkan air mata dan tangisan yang tulus, menggambarkan perasaan haru dari orang tua dan anak gadisnya.

    Selain untuk pernikahan, tradisi ini juga berlaku untuk acara khitanan. “Jadi perjalanan atau kehidupan sang anak sejak dilahirkan, masa kecil hingga masuk sekolah semuanya diulas, sehingga membuat terharu dan air mata tertetes sendirinya,” ungkapnya.

    Seiring berjalannya waktu, pepongoten saat ini telah diubah menjadi pertunjukan seni tutur yang berkesan.

    “Pongot ini semula kental dengan nuansa ratapan, namun kini telah diubah sedemikian rupa untuk menciptakan pertunjukan,” kata Iqbal yang juga staf Bagian Umum Pemkab Gayo Lues.

    Hingga saat ini, tradisi pepongoten masih terjaga kuat di daerah Gayo Lues, dan tidak hanya berlangsung dalam pernikahan dan khitanan tetapi juga dilombakan dalam berbagai ajang kompetisi, termasuk di tingkat SMA, mahasiswa, dan lainnya.

    Menurut Iqbal, pepongoten mencerminkan upaya masyarakat Gayo Lues dalam menjaga dan merawat tradisi, dengan mengedepankan nilai-nilai yang terkandung dalamnya. “Insya Allah sampai saat ini tradisi pongot masih kuat di Gayo Lues,” ujarnya.

    Melalui PKA-8, Iqbal berharap pepongoten terus terjaga dan dapat diperkenalkan kepada masyarakat luas. “Tradisi ini harus dilestarikan agar tidak punah, sehingga anak cucu kita sebagai generasi masa depan masih bisa melihatnya,” kata Iqbal.

      Leave a Response